_JEMARI HATI_
_Oleh: Urip Iku Urup_
Di saat hati mulai keriput rembulan tak terlukis, matahari tak jua cerah pada mata. Lantas warna-warna sudah tua, sesaat tumbuh-tumbuhan memudar dalam pencernaan, sebab buminya sudah menetapkan satu musim tandus yang meranggas hasrat. Dulu embun masih liar menetes dari pucuk dahan yang bejat, rantingku melupakan akar yang semakin terdekam. Sungguh adalah, suatu saat dahiku akan tersungkur ke tanah, namun semoga tak berpapas para pemanggang, petualang pencari hangat, kemudian membakar hingga arang terbuang kekal. Dan semoga batang yang terpisah digelayutkan riam perasaan, sehingga dalam gelobangnya ialah pasrah yang sangat mati, meski menembus hilang dari kehidupan
Aku ingin menemukan cintaku, walau diri tak terpakai lagi, membuat kisah dari hidup yang tak pernah lengkap, mengukur perjalanan seberapa hitam mengekang badan, seberapa bening udara yang kuhirup, dalam kealpaan, segunung dengki tanpa sujud telah menebalkan kabut-kabut kemunafikan. Apakah ruang selalu terbuka? Dengan cinta menentramkan, memadamkan lava yang membara, hari ini tengah diskusi, saat ini merangkak di sanubari, melapak tenang berpayung kasih yang dipinjam. Biarlah sementara kucicil kedamaian, agar kelak merimba jepitan bola mata, meluaskan jiwa yang sempit, dengan cinta yang kumiliki dari kesadaran. melamar kasih-Nya yang selalu hujan tanpa musim, dan selalu embun tanpa peduli pagi dan sore, meski acapkali kuselingkuhi dengan degil dan keras hati
Tiada yang mampu menandingi asih-Nya walau serinai saja, dalam memberi tak harap kembali, kurasakan betapa, bahwa inilah suci yang tak pernah mati, mengalir dan mengalir di telaga paling hati, mengabadi nilanya terpancar dari persegi cahaya langit, memudakan netra menimba segala gelak tawa alam semesta. Dan sesungguhnya cinta tak jauh dari palung dada daripada harus mengembara menyiksa jiwa menyakiti kulit dan tulang raga. Untuk menemuinya tak harus melihat sebelah mata,
tetapi percaya dan terbuka bahwa cinta adalah segala dari-Nya, dan sebagiannya ialah usia yang tergenggam kemana-mana. Maka ampunilah hamba Ya Rabb
_@lautan_jilbab_
_Surabaya 23-12-19_
Senin, 23 Desember 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Manunggal Ing Roso
MANUNGGAL ING ROSO Karya: Urip Iku Urup Mendaki puncak sepi, tapakan jiwa dari bising resah menjamah Di dataran rendah, kumuh batin ber...
-
Karya: Urip Iku Urup 🧕🏻 Wisteria salju, pesona terjelita dari flora lembah kasih Cendawan mengusam di paras tampanmu, sebuah cadik...
-
*NIMBOSTRATUS PRACEPITATIO* Andai cirrostratus, altostratus jingga bisa bicara Akan menepis sunyi mencekam jiwa Rebahku bercumbu di ban...
-
🍂SEPARUH MALAM🍂 Oleh : Urip Iku Urup Separuh malam memahat sunyi Jiw...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar