SEBELUM PULANG
Oleh : Urip Iku Urup
Pasang surut kehidupan silih berganti mengukir cerita
Hitam putih datang dan pergi menyisakan lembaran makna
Haruskah disesali?
Entah kapan kita akan kembali
Bercumbu seperti dulu
Ketika Drupadi mencipta sumpah dan Srikandi membunuh sumpah
Dan kita masih menunggu janji
Di Athena, Durga dilatih Zeus menundukkan petir
Sementara kita masih tak berdaya mengendalikan diri
Di Jabal Rahmah kita merenung
Bagaimana Adam dan Hawa dipertemukan setelah rindu menggunung di ubun-ubun
Penyesalan berkarat di bejana jiwa - masih kabut - kita hampir menyerah ditelanjangi takdir
Tidak
Kita pilih perang (entah itu syahid atau pun mati konyol, tidak peduli) kita harus menang
Sebelum Izrail berkunjung tanpa diundang
Sebelum kafan membalut seluruh tubuh
Sebelum tanah menelan jasad bulat-bulat
Sebelum cempaka ditabur di atas kubur
Sebelum sempurna kita berjumpa di keabadian
Laku hidup melaju tanpa jeda
Penghujan dan musim panas
Lalulalang memeluk tanah, gunung, juga lautan
Masih: aku tak mampu mengeja kata apalagi makna
Lemahkah aku?
Tidak lelah? Tidak
Atau kalah? Tidak sama sekali, tidak!
Lihatlah malam, kawan!
Masih setia pada kelam
Siang pun masih tak sanggup memahami teka-tekinya
Masa lalu adalah jejak yang membeku
Adalah catatan hidup
Adalah kalam sukma yang mengendap
Menjadi sekumpulan hikmah untuk melangkah ke masa depan
Selma, kau lihat cermin itu, ambil lalu lihat dirimu!
Betapa purnama di sela matamu tertutup kabut atau mungkin debu jalanan yang kian menghalangi tatapmu pada kenyataan
Kau pilih menjadi tangguh daripada harus luluh
Aku tahu, kau adalah perempuan laut, bukan penakut;
Perempuan dengan palung paling dalam yang menyimpan kekayaan tak ternilai
Perempuan dengan ombak yang tak kenal kata pulang sebelum perang dengan karang
Perempuan dengan badai paling ganas yang mampu menenggelamkan siapapun
Namun juga perempuan dengan permata paling menyilaukan segala tatap mata
Jangan menangis, Selma!
Air matamu sudah cukup mengalir ketika lahir
Di telaga sukma kau pernah membasuh keruh waktu
Jangan biarkan tekad yang telah menggunung terbuang sia-sia
Jangan biarkan malam mendahului siang, hingga langkahmu tak tentu arah
Jangan biarkan hidupmu berlalu hanya sisakan tanda tanya
Selma, kau lihat langit itu, pandangilah sepuasnya!
Di manapun tanah diinjak, betapa kita tetap berada di bawahnya
Garut, 10 Juli 2017
Minggu, 02 Agustus 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Manunggal Ing Roso
MANUNGGAL ING ROSO Karya: Urip Iku Urup Mendaki puncak sepi, tapakan jiwa dari bising resah menjamah Di dataran rendah, kumuh batin ber...
-
Karya: Urip Iku Urup 🧕🏻 Wisteria salju, pesona terjelita dari flora lembah kasih Cendawan mengusam di paras tampanmu, sebuah cadik...
-
*NIMBOSTRATUS PRACEPITATIO* Andai cirrostratus, altostratus jingga bisa bicara Akan menepis sunyi mencekam jiwa Rebahku bercumbu di ban...
-
🍂SEPARUH MALAM🍂 Oleh : Urip Iku Urup Separuh malam memahat sunyi Jiw...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar