Karya: Urip Iku Urup
Mendaki puncak sepi, tapakan jiwa dari bising resah menjamah
Di dataran rendah, kumuh batin bergumul di atas pelana para kuda pengangkut sari pati bumi pun permata.
Debu-debu berterbangan memandikan setiap tubuh yang larut dalam perburuan.
Ternetra pedih, pekat pandangan pada senyala.
Mencumbu hening dalam kolaborasi sepi dan gigil hawa di puncak senyap
Coba bersinggah lama di istana segala maha
Bentangkan Alif lebur pahatan hijaiyah dalam buaian Yak
Hingga kosong menjumpa titik yang merangkum mula semua cahaya.
Sesyahdu sufi merima nada satu cinta dalam makna
Dua huruf terpandang satu laksa alif-bak pada kalam bismilah
Esa, menghambur dirunut aliran nadi memuara hati
Didendang tasbih semesta dalam irama takbir penghuni nabastala.
Siapapun adamu, serupa pendaki yang bertengger di sisi puncak
Tancapkan tongkat, kibarkan bendera penaklukkan
Sirna ketakutan tumbuhkan kesadaran, betapa renta manusia
Meski telah berdiri di atas lencana batu tertinggi.
Alif, bawalah turun dari puncak pertapaan
Alif, tetaplah dalam balutan busana keindahan
Alif, janganlah dipermalukan, menelanjangi auratnya pada yang bukan muhrimnya.
Alif, bermain petak umpet, sembunyi dalam misteri
Siapa tahu semayam, diam aturan mainnya.
Atau kau menjadi gila, rela dinada gila, rela direnggut nyawa.
Alif
Lam
Mim
Didudukkan aku pada tonggak
Beralas permadani lima dalam batas empat ruas menjadi saksi yang kuat mengikat
Nyawa
Hati nurani
Aku ruh tunggal
Mewadai sembilan puluh sembilan
Aku hati rohani
Hati Robbani
Sanubari
Sukma
Fuad
Qolbi
Insya
Sukma
Nafsu
Shudur
Syaghafa
Nurullah
Dzatullah
Ismullah
Lelembut robbaniyah ruhaniyah
Lembar kertas kalimatullah
Lelembut. kullujasad, sir, ruh
Lelembut nathiqa, khafi
Meja syahadatullah
Pemantul wajhullah
Danau dzatullah
Kaca ruhullah
Tajalli
● ●
Menyelam dalam Ba Sin Mim aku menyentuh tiga
Kubaca nama dalam Empat Alif Lam Lam Ha'
Bersayap empat aku terbang ke langit dengan satu dua
Kembali ke satu satu empat aku berjalan di bumi nyata
Pada sajadah rata dua dua dua satu empat yang tujuh
Dalam mihrab aku bertemu sempurna dalam sepuluh
Aku lusuh aku kumuh aku rubuh aku runtuh
Ketika lenyap apa lenyap siapa lenyap semua tanya
Kitab jelas kitab yang hidup kitab berjalan terbaca
Aku membaca aku dibaca aku hina
Badan hanya alat
Badanku medan perang
Badanku menanggung duka hayya 'alal falah
Musuh menikam dari dalam jantung
Kutindih di bawah Gunung Jabbar Qahhar
Penindas tinggal di usus, penindas merobek usus
Kucampakkan ke kakus
Berhala menggumpal di aliran darah, menjadi planet-planet mati
Kutetesi dengan ma-ullah sepanjang siang dan malam hari
Surabaya 26-08-20