Kamis, 28 November 2019

Ilalang

*ILALANG*
*By: Urip Iku Urup*

Aku benci dengan diri sendiri
Seperti tegar padahal aku terkapar
Seolah olah kuat padahal aku sekarat
Pura pura mengerti padahal aku mendekati mati

Aku hanya serumpun ilalang
Meliuk liuk jika tertiup angin kencang
Aku kuat, tapi aku akan patah jika kau injak
Dan aku akan kering jika tidak ada hujan Kemudian tercabut dan mati

                            Ilalang
                     Ilalang ilalang
                  Di padang gersang
             Berkidung di kesunyian
Berbisik kepada embusan angin
       Meliuk-liuk ranting kecilnya
                         Mengikuti desir
                                      Sejuk
                                   Sejuk
                                Sejuk
                            Sejuk
                         Sejuk
                      Sejuk
                   Sejuk
                Sejuk
              Sejuk
             Melewati sepi          kesunyian hari
           Berusaha tegar       seperti mentari
         Meski sendiri      mentari tetap ceria
         Tetap     semangat menyinari bumi
           Semesta         memelukmu erat
            Senyumlah    ilalang kecil
               Hapuslah   sedihmu
                 Hapus sedihmu

Aku hanyalah ilalang kecil di padang hijau
Kukidungkan kerinduan lewat sang bayu
Meliuk rantingku berpayung awan biru
Kasihi aku dengan tak menginjakku
Kan kupersembahkan daun terbaikku
Sejukkan hari sebening tetes embun
Di hatimu ...
Ya, di hari letihmu

Aku ilalang
Terbuang dari kasih sayang
Ranggas tak kepalang
Tak pernah dikenang

Rinai hujan hanya merundukanku kian tenggelam
Gigil memuncak ditelanjangi malam
Tersebab aku Lena dalam kelam
Sunyi sukmaku melantun gumam

Ke mana aku harus pulang
Ketika kedamaian diinjak sang jalang
Aku terlentang
Tanpa iba para pemilik ladang

Kupilih jalan sembahyang
Pungkasi sial yang terus menghadang
Tengadah memetik bintang
Hingga sukma enggan meradang

*Surabaya 28-11-19*
*@lautan_jilbab*

Senin, 18 November 2019

Egonya Cinta

*Egonya Cinta*

Ketika melihat keindahan
Serasa memenuhi ruang hati
Ketika melihat elegi potret kehidupan
Serasa mengoyak sanubari

Ketika menatap dan mendengar tragedi alam mengharukan
Doa-doa berhamburan mendesah ngeri
Ketika melihat pesona pedusi menawan
Akankah rasa cinta menghampiri

Obsesi cinta melambung menabur gelora jiwa
Meranum asa merajuk kerinduan membara
Doa-doa dipuja tuk luluh kemolekan lembayung senja
Memanja di gerbang cahaya menuai bahagia

Rasa hati bagai pelangi
Menebar jala asmara jerat insani
Meramu kata mutiara hati
Senyum ceria singgahi pedusi

Obsesi cinta
Dramatisasi rasa
Bagai pujangga
Memanah asmara

Denyut bergelora kian membara
Sapa mesra disambut ceria
Seolah sebentuk ruang sudah terbuka
Yakinkan hati meraih cinta

Obsesi cinta memberi makna
Atas jelita rayu asramadana
Menari kumbang di putik bunga
Mereguk asa madu nirwana

*Surabaya 19-11-19*
*@lutan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*

Ketika Cinta Bertasbih

Bulir tasbih berdzikir diantara fikir yang penuh fakir mengukir rintih malam di kesunyian rindu
Ku alunkan puja puji yang penuh diksi diantara kisi dan missi melambung sahdu

Ingin rasanya ku cumbu bayangmu malam ini bersama hajatku yang kian hari kian lara penuh pilu
Telah lama ku tak berbisik menelisik mengaharap resik semakin menggelitik diantara titik yang semakin semu

Harapku Kau mau menemaniku bersama indahnya bayu yang sedang layu menuju pilu bersama kita melaju
Kan kubiarkan dia berlabuh dalam hening penuh sunyi dimalam yang tak lagi rembulan bersemi

Bersama duri-duri kepalsuan yang kau tebarkan di kebisuan sunyi sepi
Sampai kapan kau bukakan pintu yang telah lama kuketuk bersama gebu rindu yang menggayut di titian cinta ini

Akankah kau biarkan kuncup-kuncup semangat ranumnya cinta terbiar begitu saja tak lagi berseri
Layu ditelan saat yang laju bersama sembilu rindu di kehampaan hidup ini

Ataukah kerinduan kan kau jadikan kerut kebencian merona dipancaran malam larut yang indah bersemi
Malam menukar mimpi pada sang rembulan
Bintang berpijar menatap penuh kerinduan
Mengubah pendar cahaya dalam kebekuan
Meratap sedih mengumbar kebisuan

Suara-suara berdenting membising di telinga
Syair rindu bersenandung dalam lirih embusan napas
Kuresapi makna perjalanan hidup
Lalu terdiam; merenungi nasib
Kehampaan jiwa mengusik kalbu
Naluri membasuh nurani sukmaku
Aku pun sadar akan segala salah dan khilaf yang membelenggu
Kupanjatkan doa di setiap sujud syahdu

Kugenggam seutas tali  tasbih
Berdzikir menyebut asma-Mu tanpa letih
Alunan ayat suci terlantun dengan fasih
Tuhan, beri petunjuk hatiku senantiasa tiada sedih

Oleh : Urip Iku Urup
Tanjung balai 25-08-18

Rindu Ini

*RINDU INI*

Pada rasa yang tiada berujung
Tidak kenal waktu pergi dan datang tak lagi terhitung
Menghiasi ruang kalbu sepanjang hari
Sesungguh ada indah terpatri di sanubari

Biru langit sebiru laut yang membentang
Bagaikan kerinduanku yang tak terbilang
Debar rindu tiada henti ingin bertatap seruang
Titik temu simpul temali dalam pandang

Begitu melara rindu dari balik jendela
Memandang jauh terhampar nestapa
Terdiam pilu memendam segala rasa
Hingga degup jantung kadang tersesak juga

Jauh menujumu dalam pijakan yang rapuh dan patah
Terabaikan segala gelisah yang mengundah
Onak dan duri menghalangi sepanjang langkah
Masih tetap melangkah walaupun meresah

Dan rindu ini selalu saja bertahan
Meksipun terserak bagai kering daun berarakan
Kelak bersemi ranting di musim penghujan
Seperti itu pula rasa indah pasti menyatukan

*lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 06-11-19*

Cinta Hakiki

*Cinta Hakiki*

Bila cinta hanyalah barisan kata-kata indah tanpa rasa
Ia hanya akan menjadi sebilah belati yang melukai hati

Dan bila cinta adalah tindakan nyata tanpa kata walau sederhana dan tak sempurna
Ia akan jauh lebih indah.

Karena jasad cinta adalah kata-kata dan tindakan nyata adalah nyawanya

Cinta adalah sebuah kata yang dapat terdefinisi dengan banyak makna, yang menjelma pada banyak nama dalam kehidupan

Cinta adalah penamaan pada setiap aksara dan ucapan
Cinta adalah pengertian pada setiap arti dan sifatnya

Menyikapi cinta dengan bijak dan sederhana, berlandaskan rasa yang bertanggung jawab, karena cinta adalah amanah
bukan sekedar rasa yang terbit sesaat yang bersinar dengan kata-kata yang indah lalu saat hati beranjak senja, terbenamlah ia

Cinta seharusnya adalah kemuliaan bagi para pelakunya
Cinta adalah fatwa hati yang suci
Cinta dalam naungan iman, mencintai karena Allah semata
Dialah sang pemilik cinta yang hakiki
Tegakkanlah cinta di atas keridhaan-NYA...

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 06-11-19*

Rasa Yang Salah

*Rasa Yang Salah*

Salahkah aku mencintaimu?
Jika memang iya, katakanlah
Jangan membuatku terus melelah
Sedang langkah berada dijalan yang salah

Salahkah aku menyayangimu?
Sampai hati kau tak mengacuhkan keberadaanku
Kau menjauh dengan mulut membisu
Membiarkanku terus menggantung pada tiang sendu

Bukalah mulutmu itu
Dan katakan jika cinta yang kupunya memanglah salah bagimu
Aku juga manusia biasa
Yang membutuhkan kepastian untuk mengkonfirmasikan cinta

Jangan membuatku bertambah mala
Aku sudah cukup sengsara dengan rasa yang menggelut dada
Aku pun juga bukan jemuran basah
Yang dapat kau jemur di bawah teriknya api asmara

Katakanlah jika caraku untuk mengagumimu salah
Aku dapat merasakan meski kamu tak pernah mengatakannya
Bahasa tubuh ketika kamu menjauh adalah jawaban yang tak mungkin salah
Aku dapat membacanya, bahwa gerak itu adalah pertanda tak suka

Jika cintaku memang salah, maafkanlah
Apabila kamu tak suka, singkirkanlah
Karena aku cukup sadar diri untuk itu
Aku hanyalah benalu yang selalu menyusahkan jalan hidupmu

Maaf, jika selama ini aku tak tahu diri
Itulah kalimat terakhirku sebelum aku benar-benar pergi
Aku pamit
Semoga cinta tak lagi membuatku sakit

*Note*
"Jangan memaksakan diri untuk membuat dia suka padamu. Pergilah, karena itu jalan utama agar tidak membuatmu bertambah luka"

*@lautan_jilbab*
*Karya: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 05-11-19*

Mendamba Di Pelaminan

*Mendamba Di Pelaminan*

Melalui do'a dan cinta
Kulangitkan secuil harap pada sang robbi
Memohon temu dapat segera tiba
Untuk mengikis jarak yang telah lama melebur hati

Pertemuan yang sedang terjeda
Terhalang takdir sebagai tanda koma
Dua hati berpisah raga
Dan sampai kinipun masih tak bersua

Raga kehilangan pelipur lara
Begitupun hati yang terombang-ambing di tengah resah
Jarak ini sungguh menyiksa jiwa
Mengejawantah belati rindu yang menohok dada

Betapa berat LDR ini untuk dilewati
Terlebih ketika rindu datang di kala sepi
Ia menepi di beranda hati
Menuntut temu agar segera didapati

Kuawali dengan basmalah
Sebagaimana dalam surah Al-Fatiha yang menjadi pembuka
Berharap bisa kudapati segudang berkah
Agar bara kata-kataku tak hanya sekedar bait semata

Wahai Bidadari dalam do'a
Namamu selalu kuselipkan di sana
Menghiasi gemaan rima ayat-ayat cinta
Tercengkramakan oleh daksa lemah dengan sang pemilik tahta jagat buana

Namamu kerap mengalun merdu
Membelah kesunyian bisu di langit kelabu
Hening malam tak lagi membelenggu
Tergantikan oleh suara kalbu yang tengah mewiridkan asmamu

Ana Uhibbuki Fillah
Aku mencintaimu karena Allah
Bukan hanya sekedar suka pada rupa
Izinkan hati ini membawamu dalam hubungan sah
Agar kemaksiatan tak bersarang di atas aksara cinta kita

Sajadah adalah tempatku menuai air mata
Tatkala angan membicarakan tentang api asmara
Asaku membumbung tinggi di bingkai cakrawala
Untuk bisa memiliki dan menuntunmu menuju surga

Sepertiga malam adalah waktuku memadu kasih
Kusetubuhi tasbih yang terkalung rapi di leher jemari
Berharap anak rasa bisa kudapati
Agar cinta ini kian membara kepadamu, Kasih

Kamu yang kusemogakan
Dengarkanlah, aku sedang bercengkrama di bawah kaki tuhan
Di beranda malam satu pinta kulayangkan
Memohon, pelaminan benar-benar akan menjadi saksi tentang kita yang telah dipersatukan

“Nyatanya do'a dan kata-kata manis sama-sama dibutuhkan dalam hubungan. Maka berdo'alah dengan kata-kata yang manis pada tuhan”

Berandal Aksara
Surabaya 10-10-19

Tak Direstui

*Tak Direstui*

Berbuah lara mengembang luka
Hati digenangi gundah gulana
Tuhan seolah tak mengindahkan pinta
Menggantung doaku di tengah gelimang asa

Tak penuh kemungkinan untuk bersama
Restu orang tua menjadi palu pematah
Menikam lamar dengan tolak membahana
Mengharap renggang menunggu pisah

Entah dengan cara apa lagi harus kupertahan cinta
Aku berjuang namun tak pernah dihiraukannya
Diri ini hanya tinggal nama
Sebab keberadaan yang tak pernah dibaca

Sedih menggempur
Melebur bahagia yang tumbuh subur
Ragaku perlahan tersungkur
Tercebur dalam jurang kepedihan yang tak lagi terukur

Ada pria lain yang lebih masyhur
Tidak sepertiku yang hanya memiliki doa berlumur
Mengulur tangan pada sang Pemilik Luhur
Di garis lara yang tak pernah meluntur

Mungkin ini sudah takdirku
Aku yang tak bisa membahagiakanmu
Terdiamku dalam asaku
Yang hanya bisa mencintaimu

Wajar orangtuamu menginginkanku pergi
Mereka ingin kamu bahagia
Mereka ingin kamu bersamanya
Aku pergi dan tak kan di hatimu lagi

Aku sadar, apa dan siapa diriku
Jika restu tak dapat kau ucap merdu
Maka izinkan aku untuk merindu
Biarkan doaku memeluk putrimu di sepertiga malam yang kelabu

Hanya itu yang bisa kulakukan setelah ini
Memohon kebahagiaan untuk putrimu yang telah bersuami
Walau kecewa tak dapat kupungkiri
Putrimu tetaplah ratu di ruang hati
Ia tidak akan pernah terganti
Sampai maut membawa sukmaku menghadap Ilahi

*Note*
“Jika tak dapat restu dari calon mertua, berdoalah. Dan jika masih tak direstui, cobalah bersandar diri. Tanyakan pada dirimu sendiri, Apa dan siapa Aku ini?”

*Berandal_Aksara*
*Surabaya 20-09-18*
*Revisi 21-08-2019*

Cemburuku Bertalu

*Cemburuku Bertalu*

Begitu mudahnya kau sakiti hatiku
Dengan deru rindumu yang menggebu
Kutahu itu bukan untukku
Kau memang paling pandai membuatku cemburu

Bukan akan menghiba sebuah sapa
Pada yang hampa dan tak punya rasa
Hanya bisa menghela dada
Saat kau tanamkan cemburu dengan sengaja

Kini kau sedang terbuai dan terlena
Oleh sapa embun pagi belia
Peluk mesra sang sore tak kau rasa
Sedikitpun tak kau hiraukan hadirnya senja

Ketika pelangimu kembali hadir
Langsung kau berbalik pikir
Namun jangan pernah merasa kawatir
Karena jinggaku akan menyingkir

Di atas langit mendung mulai mengabu
Sekilas terlihat semburat warna biru
Walau hati dirundung sakit dan cemburu
Masih kusimpan di relung sebuah rindu

*@Lautan_jilbab*
*By:Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 04-11-19*

Jeritan Hari

*Jeritan Hati*

Tak bisa aku bilang apa
Hanya sakit menyesak di dada
Bagaimana harus aku berlalu
Dari segala kebenciannya padaku

Prasangka dan curiga begitu melukaiku
Sehingga kata demi kata menyakitiku
Seolah aku sampah yang tiada artinya
Sungguh engkau begitu tega melakukannya

Bila sudah tidak ingin kembali padaku
Ataupun sudah tidak ada cinta di hatimu
Berterus teranglah supaya bisa aku memahami
Walaupun sakit hati engkau  tinggal pergi

Berulang kali kecewa dan terbiarkan
Berkali pula menelaah arti keberadaan
Namun masih saja berjajal rindu menyesakkan
Kesakitan menderaku tiada berkesudahan

Kemana lagi aku akan membawa diri
Jerit tangis tidak di perdulikan lagi
Bahkan hinaan dan caci maki tiada henti
Tanpa tersadari aku terbenam dalam ilusi

*@Lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 04-11-19*

Derita Cinta

*DERITA CINTA*

Kuserahkan seluruh hati dan jiwa
Yang 'ku hias dengan indah cinta bak permata
Menanti dirimu yang berpindah ke lain dermaga
Namun aku tetep menanti walau dalam rana

Dulu engkau puja diriku
Tulus cintamu adalah milikku
Namun kini engkau menduakan aku
Putih cintamu telah menjadi kelabu
Namun tiadapun engkau mau melepas cintaku

Entah apa yang aku rasa
Betapa sakit jiwa ini kurasa
Namun aku tetap pertahankan cinta
Walau hampir mati aku tersakiti olehnya
Sebuah cinta yang membuat aku setengah gila

Mencintai setengah mati
Walau hati tersakiti
Janganlah diam diri
Saat kata putus sudah menghinggapi

Mantan selalu menjadi kenangan
Lupakan saja tak usah lagi dikenang
Walau bayangan kerap hadir membayang
Buanglah kenangan dalam pandangan

Patah hati jangan sampai terjadi
Mencari inspirasi biar cepat terganti
Jangan merana menangis dikamar mandi
Sampai kau sileti tanganmu sendiri

*Berandal_Aksara*
*Karya: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 03-11-19*

Gadis Berkerudung

*GADIS BERKERUDUNG*

Tiada henti kalimat dari bibirku yang hina
Mengucap tasbihan untuk Tuan yang maha
Aku lelaki berjubah seronok dari kumpulan yang kumuh
Dia gadis kerudung biru yang merdeka

Cukup tau alasan aku berdiri
Sejajarkan diri dengan pelangi
Bukan karna dia
Melainkan suara Tuhan dalam jiwa aku mendengarnya

Bagaimanapun juga aku jatuh rasa
Singkatnya aku itu jatuh cinta
Pada dia wanita yang berkerudung biru
Wanita yang kutemukan ditemaramnya senja
Duduk bersilang didermaga langit yang tua
Bersama bayangannya sendiri dia mengadu

Sejauh ini aku bertanya
Sudah sedalam inikah aku bersama rasa
Bahkan bayanganku sendiri cemburu
Enggan sudah untuk menyapa dengan cumbu

Baik aku sudahi
Matipun juga lebih elok aku di koyak-koyak kerikil jalan
Penat aku menanggung rindu yang malu dan kaku

*@Berandal_Aksara*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 02-11-19*

Rindumu

*RINDUMU*

Menjejak pijakkan di pelataran hati
Membenih di ranah suburnya nurani
Bilakah engkau sirami setiap hari
Sehingga tumbuh dan berbunga berseri

Luka rindu di masa itu telah kau rasa
Perihnya sayatan luka membekas juga
Tiada perduli apalagi memahami hingga lara
Membusungkan dadamu terlena akan puja

Kini kau sadari dan sakitnya terabaikan
Betapa segala sesuatu ada kembalian
Kelak akan menuai apa yang kau tanam
Lelaku sepanjang jalan kau meski diam

Tercekam di sudut ruang tergugu
Menyendiri dalam tirai kelambu
Menciptakan indah kenangan rindu
Dan masih selalu senada rindumu itu

Pada debar sepanjang waktu berlalu
Memerankannya di palung kalbu
Selalu haru biru akan rasa kau cipta
Tiada bisa sirna dari ingatan yang serupa

*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 01-11-19*

Melepas Rasa Menerang Makna

*MELEPAS RASA MENERANG MAKNA*

Kukembalikan puisi ini pada makna
Kuserahkan seutuhnya tanpa sisa
Bedahlah tiap bait sampai moksa
Kukembalikan rasaku pada sengketa

Kalau puisi mati kehilangan makna
Ruhnya terbang riap mengangkasa
Tinggal aku dengan secarik hampa
Kembali pada awal kekosongan rasa

Beribu lembar jilid ku buka kembali
Mencari arti penciptaan syair puisi
Aku berhutang janji pada hati nurani
Berhutang hakikat makna tiada tepi

Mari sini kembalikan bahasa hatimu
Pada ranah hakikat makna hakiki
Cukuplah puisi sebagai saksi bisu
Adamu di bumi sebagai insan sejati

Kukembalikan puisi ini pada hati
Jiwaku kembara pada lembar hari
Kuminta kembali rasaku jadi tanda
Jejak aksaraku di hatimu pernah ada

*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya -01-11-19*

Meniti Rembulan Dalam Puisi

*MENITI REMBULAN DALAM PUISI*

Apa yang paling menarik dari hati kita kekasihku
Ketika malam menghamparkan sebidang jalan
Dan rembulan terbit dari dalam puisi

Kau tersenyum
Mendekapku erat di balik jendela
Sehingga terbaca juga
Suka duka kita yang tergantung disana

Sudah hampir seperempat abad
Kita susuri jalan-jalan rembulan
Yang terbentang diantara ribuan puisi

Kita telah sama-sama menuliskan cinta pada hati kita
Pada musim semi bunga pengantin
Pada angin
Dan juga
Pada langit dan bumi

Ketika aku sibak gerai rambutmu
Menciumi aroma masa silam yang poranda di kerut mata
Aku merasa lumpuh mendaki kharismamu
Dan aku bertanya
Apa yang paling menarik dari hati kita

Angin boleh berkesiur
Bunga-bunga boleh bergoyang
Menina bobokan segala isyarat dan firasat
Tetapi kita musti tetap terjaga
Karena hati kita telah hadir dengan begitu istimewa

Penuh dengan aneka warna jalan
Dengan rembulan dan puisi sebagai pemandu riskan
Serta peluk cium kita sebagai pecinta

Sudah hampir seperempat abad
Kususuri bibirmu yang lembut memagut
Dan bau tubuhmu yang selalu liar membangkitkan cemburu
Tetapi aku tetap tak mampu menjangkau harkat setiamu atas hidupku
Sehingga ketika kupeluk tubuhmu lebih erat lagi
Aku masih saja bertanya
Apa yang paling menarik dari hati kita

Dan di balik jendela ini
Ketika kau kembali melempar senyum
Merebahkan kepala di dadaku
Kaupun bertanya
Apa yang menarik dari hati kita

Kemudian matamu terpejam
Sedikit hangat nafasmu menjalari dada
Kau mau tahu soal hati sayang?
Ketika kau anggukkan kepala
Kubawa sukmamu
Meniti jalannya rembulan di dalam puisiku malam ini
Sebab kita musti harus tahu apa itu hati

*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 01-11-19*

Hembusan Rasa

*HEMBUSAN RASA*

Ingin mengurai bias fatamorgana
Melingkupi relung hati gelombang jiwa
Tirai sakral menyekat debar menggelora
Walau rasa itu melintasi samudra dan singgah di pulau belantara puja

Memupuk sekar hati dalam rengkuh abadi
Menuai keindahan nan suci
Sebentuk ketulusan tunaikan darma bakti
Untuk senyum mesra hangatkan hati

Balut luka agar tak nampak torehan duka
Hias senyum meski pahit mengendap lara
Doa-doa kasih puja dan puji tersembah agar bahagia menyerta
Menuai rasa damaikan semesta

Walau jemari tak lagi mengikat janji
Redup pelataran senja tak berpelagi
Tepis rasa tersakiti
Raihlah puspa sewangi surgawi

*@Berandal_Aksara*
*Karya: Urip Iku Urup*
*Surabaya 31-10-19*

Langit Biru

*LANGIT BIRU*

Apa kabar langit biru?
Sungguh jauh di hati kecil masih rindu
Kisah lalu yang  tak mudah terhapus waktu.

      Kisah semu...
       Cerita pilu...
Terbentang jarak yang membelenggu
 Dan pada akhirnya kau pergi dengan laramu
Kau bawa segala cerita&cinta bersama jasadmu
MenghadapNya memenuhi janji membawa kisah kita sampai maut merenggutmu.
 
Wahai kamu langit biru
Sampaikan rindu yang masih mendiam kalbu
Meski detik masa berlalu
Dia tak pernah lekang dalam ingatanku

Katakan langit biru kau pun rindu
Kita tlah beda tempat ruang dan waktu
Namun kau slalu mengusik  untuk membuka diary sendu

Diary yang menuliskan cerita kau dan aku
Kisah tak kesampai hingga kau pergi membawa pada pahatan nisan kini.

*@Berandal_Aksara*
*Karya: Urip Iku Urup*
*Surabaya 30-10-19*

Bingkai Rindu

*BINGKAI RINDU*
*Karya:Urip Iku Urup*

Sepertinya kita memang harus berdamai dengan diri, mengasingkan perasaan yang tumbuh namun tak direstui hati. Kita itu  terkadang memang bodoh, tak pandai membawa hati dan ceroboh.

Seperti ketika dibujuk sepi lalu diam-diam kita menautkan hati di kedalaman laut yang kita sebut juga dengan samudera rasa

Berenang-renang bak anak kecil yang baru bertemu dermaga, tanpa peduli gelombang pasang menenggalamkan
Semakin dalam larut dalam perasaan.

Bagaikan dipaksa pulang, walau hati masih enggan tuk beranjak. Senja di duniamu telah menggulung malam, lalu erat kau di dekap dengan sepasang pelukan.

Aku cemburu pada langit, pada bulan, pada bintang yang selalu ada di sisimu. Mencuri senyum bahagiaku yang baru saja meranum. Bibir ini masih basah oleh ucap rindu, namun sekejap saja  berubah gelisah tak menentu

Aku yang didera rindu
Namun justru dia di pelukmu!
Membuai mesra helai demi helai rambutmu,

Meminang bola mata yang terkadang pernah menatapku dengan cinta.
mendapatimu di pagi buta hingga ujung senja.

Di mana kata rindumu yang pernah meluruhkan risauku?
yang pernah mengisi ruas-ruas iga dengan ulasan kata cinta.
Yang pernah kuharapkan tumbuh menjadi tulang rusuk lalu menyatu di tubuhku.

Kini kau memang tumbuh,
Namun sebagai duri yang menusuk palung hati,
Sebagai cinta yang semi namun menepi menjauhi

Aku yang berharap mencair di dadamu,  hanya menjelma syair dengan sejuta elegi.
Masih adakah unggun di dadamu kekasih?
Untuk kujadikan bara di antara kebekuan ini. Karena sungguh rindu ini masih utuh, tak berkurang justru semakin merindang.

Datanglah, walau hanya sebagai kembang yang memutik di ubunku, biar ku jadikan tembang kenangan di antara kehancuran hati, yang pernah ada di duniamu, melukis warna di harimu, walau aku masih ragu benarkah debar itu juga riuh di dadamu.

Sebagaimana rasaku yang selalu tumbuh dan tak mampu membunuhnya.

*Surabaya 25-04-18*

Selamat Tinggal Rindu

*SELAMAT TINGGAL RINDU*

Kemarin ...
Cinta datang atas nama rindu, dan ku sandarkan rasaku pada hatimu. Kau datang menjelma menjadi sebuah kidung yang menyenangkan di atas lidah hari. Ini berlangsung dalam menit dan detik sang waktu yang terbuai oleh desakan setangkup debar rindu. Rindu merangkulku dengan mesra. Aku pun pasrah dan menyerah, ketika debar itu semakin tak beraturan. Deru nafas kian menyentak pualam rindu. Dan kau bagaikan candu asmara yang menari-nari di pelupuk mataku. Kau seperti warna lembayung memadukan paduan warna yang indah, seindah warna cakrawala saat fajar merekah.

Hatiku terpikat dan bunga rindu kembali menggelegat. Ku mandikan jiwaku dengan wewangian rindu, serupa dengan apa yang dilakukan matahari ketika mendekati malam dan rembulan ketika mendekati pagi. Aku menutup mata terlihat tampilan rindu dengan tawa riangnya, seperti pensil-pensil beraneka warna yang sibuk memberikan warna indah pada sketsa wajahmu.

Seberkas cahaya rindu semakin asyik ku nikmati. Cahaya itu lebih terang dari rembulan dan bintang-bintang. Masuk ke hati nurani yang tak berubah oleh musim; bahkan jika mati abadi, rindu itu tak kan hilang berlalu. Biarkan lembah menelan nyanyian burung, dan angin memporak-porandakan daun-daun mahkota bunga mawar asal jangan menenggelamkan debar rindu turun ke dalam jurang.

Namun .....
Rindu itu pun menghilang bersama puteri mentari yang begitu menggoda pualam hatimu. Ku awali rasa rindu yang mengikat dan berakhir padamu jua. Angkasa pun tanpa pesan menyampaikan dengan penantian cemas. Rembulan dan matahari pun ternodai oleh gerhana dan awan yang sangat gelap. Saat ini kau bagai sariawan menjijikan yang berada di kuncup bunga termanis dan aku sulit mementaskan getaran rindu itu lagi disisimu.

Beribu keraguan menyambangi altar ragaku. Serasa waktu lambat beringsut mirip langkah siput. Ku lihat awan membentuk raksasa, seakan kelaparan ingin menghardik segenap rasa benciku yang kian melebur jadi satu. Seperti satu-kesatuan nada oktaf dalam melodi lagu. Bukan nada keindahan yang terdengar, justru nada sumbang yang riuh memanggil namamu untuk segera enyah dari jejak rinduku.

Dulu aku menyangka, indahnya rindu yang kau berikan bak mentari yang muncul setelah hujan reda dan pelangi warna- warni yang asyik untuk dinikmati. Tapi rindu palsumu bagaikan prahara ketika mentari bersembunyi dan si rakus rindu yang berujung pada kematian. Semua gelap dan sunyi. Kau berkilah dan berdalih bahwa rindumu itu masih warna jingga, semolek dan secantik senja kesumba layaknya tembakau dalam kemasan petang.

Rona jingga itu tetap aku inginkan berlalu dan tak perlu berlama-lama singgah di hamparan berandaku. Semuanya telah usai. Terhitung menit dan detik ini enyahlah wahai jejak rindu. Ku tak ingin kau ada di sini, karna bagiku kau hanyalah segumpalan debu yang tak lagi utuh....

*Urip Iku Urup*
*Surabaya 06 September 2018*

Melodi Hening Malam

*Melodi Hening Malam*
     
Kesunyian malam begitu mencekam
Hawa dingin begitu menikam
Suara-suara telah terbungkam
Namun mata sulit terpejam

Aku sendiri melawan sepi
Bersama aksara kususun rapi
Sebatas menuangkan isi hati
Serta merenungi Kuasa Ilahi

Suara heningnya tak mampu terdengar
Hanya suara sunyi samar-samar
Kulihat bulan yang indah bersinar
Bertabur bintang malam berpencar

Bersama malam aku duduk termangu
Hanya diam membisu semu
Kusambut sentuhan sang bayu
Yang setia membuka mataku

Dan di antara malam dan gelapnya
Kudapati sentuhan pesona-Nya
Pada saat purnama menafsirkan pantulan sang surya
Ketika itulah keangkuhanku sirna

Kudengar hikmat tasbih daun-daun
Bak suara merdu mengalun
Setia datang sebagai penuntun
Menyadarkan jiwa yang terbuai lamun

Mataku terbuka dalam redup
Membuka kembali sanubari yang tertutup
Sentuhan sang bayu yang bertiup
Kini kurasa segar dan kuhirup

Hasratku mulai berlabuh
Memintaku untuk bersimpuh
Sujud pada malam yang teduh
Bersyukur atas nikmat yang menyeluruh

Di iringi alunan melodi sunyi yang begitu indah
Memberikan kekuatan kala hati lemah
Memberikan kesejukan kala mata lelah
Kuucap dengan syukur Alhamdulillah

Kemerlip bintang di hamparan langit
Tampak indah membuatku terpingit
Namun tak serupa dengan diri saat ini
Yang kini sedang bercumbu sepi

Angan melayang menyunting rembulan
Menghayal bisa bertemu pujaan
Dengan mata hati berbentuk serpih
Hanya impian belaka, sunyiku memeluk sedih

Oh, rembulan setia memberi cahaya
Penuh hangat cinta
Dalam hening pinang rindu
Jalin kasih bintang bermadu

Daku berdiri depan cermin di larut sunyi
Menatap bayang malam sepi
Menantimu singgah mengisi hati
Di atas ranjang bertabur melati

Hanya meniti waktu
Gelisah berat tanpamu
Keindahan dunia serasa hilang
Cintaku tersesat arah yang panjang

Rindu semua darimu
Lekuk senyum, suara, wajah di relung kalbu
Tuhan cepat pertemukan kami
Biar rindu cepat terobati

*By: Urip Iku Urup*
*@Berandal_Aksara*
*Bojonegoro 27-06-18*

Dimensi Waktu

*Dimensi Waktu*

Telah ku kubur rasa di tepian akhir senja
Ketika matahari padam menghitam
Di ufuk cakrawala mendung gelap pekat
Ku abaikan celoteh rindu dalam kalbu jiwa
Biarkan saja berlalu bersama hembusan angin yang bertiup dingin
Dan rintik air hujan yang mulai turun
Dari kaki langit malam

Di musim ini sesungguhnya hatiku
Tidak sedang bersenandung tentang cinta
Hanya syair-syair puisiku saja yang berceloteh tentang cinta

Syair-syair puisiku hanyalah guratan fikiranku
Bukan untuk merayu hati wanitamu tuan
Dan puan janganlah kamu sampai terayu syair-syair puisiku
Dan jangan sampai membuat hati kekasihmu cemburu

Aku bukanlah pendekar syair yang pandai merangkai kata-kata indah
Yang manis merayu mendayu dayu
Aku hanyalah seorang penyair sederhana
Dan cinta dalam hatiku hanyalah untuk hati wanitaku seorang
Dan akan ku serahkan cintaku kepada dia, bila nanti saatnya tiba

" Jangan pernah salahkan cinta
Karna cinta tak pernah salah dan bersalah.
Kadang hanya hati yang salah memanah rasa"

*By:Urip Iku Urup*
*Surabaya 21-10-19*

Kidung Sang Penyair

*KIDUNG CINTA SANG PENYAIR*
*Karya : Aditya (Urip Urup)*
*Genre : Syair*

Ketika mata telah memandang
Cahaya kasih bersinar terang
Seolah ada titisan datang
Untuk mengganti kisah yang usang

Terkenang akan sejarah cinta
Dari perjalanan Adam dan Hawa
Hingga berlanjut Rama dan Shinta
Semoga jua aku dan dia

Kini syairku turut berkisah
Melantunkan kidung yang sungguh indah
Tentang kasih sayang yang tercurah
Menemaniku dalam setiap langkah

Dawai cinta mengiringi sebuah kidung
Tentang rembulan dalam senandung
Sang pujangga cinta terlelap dalam renung
Dalam gejolak rindu yang bernaung

Kini janji penyair terikrar
Pada dewi cinta yang setia mendengar
Cahaya kasih kini terpancar
Cincin melingkar janur berkibar

Inilah kidung penyair dalam aksara
Agungkan syair cinta bagaikan mantra
Kini hanya untuk isteri tercinta
Yang telah bahagia di pelukannya

*Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 28-06- 2019*

Nimbrostatus

*NIMBOSTRATUS  PRACEPITATIO*

Andai cirrostratus, altostratus jingga bisa bicara
Akan menepis sunyi mencekam jiwa
Rebahku bercumbu di bangku korona
Menanti titian nimbostratus pannus ujung senja

Andai rumput bisa bicara
Mungkin antara kita tak ada dusta
Saat tahu sira patgulipat dengannya
Merembah nimbostratus pracepitatio membentuk gurat luka

Ketika surya syamsu telah tenggelam
Hamba tunak wafa menanti malam
Mata hanya pasrah menatap langit stratokumulus
Menjamu kedip gemintang castellanus

Cinta tergulung senyap
Rindu menggersang rasa tak terungkap
Kesendirian kini kian gagap
Dalam gersang, tandus, sunyi, jiwaku menghiba senyap

*Surabaya 17-10-19*
*Karya: Urip Iku Urup*

Sandiwara

*SANDIWARA*

Kala titah menjadi sebuah kebutuhan
Manusia sering dilanda kemunafikan
Adakalanya untuk kebaikan
Adakalanya karena suatu kepentingan

Perjalanan hidup kadang butuh akan perjuangan
Namun tak jarang pula perlu perpolitikan
Karna semua adalah sebuah kemajmukan
Yang perlu akan sebuah tinjauan

Akhlak Karimah pun terkadang penting
Dari yang basa-basi sampai yang genting
Dari adu strategi sampai yang hanya akting
Biar suasana terlihat meruncing

Dari itu kita semua perlu ilmu
Agar tak tersesat ketika laku
Di belantara yang penuh liku
Hujan -hujan enaknya kita ngopi dulu

*Berandal_Aksara*
*Surabaya 11-09-19*

Seuntai Doa

*SEUNTAI DOA*

Tameng benteng secuil cinta
Tempat bernaung seonggok cita
Samudra terhampar benam nista
Menelusuri jurang terjal kikis dusta

Kelopak melati seputih asa
Pancar cahaya dalam nuansa
Lentera kirana berbau romansa
Selimut kasihmu hangatkan rasa

Jarak terbentang tirai penghalang
Ruang waktu cengkram tualang
Kuteguk secangkir rindu senggang
Terasa nikmat pahit menantang

Melangitnya bisik seuntai doa
Mata berkaca termenung rupa
Tanam tawakkal pada yang Kuasa
Hanya Dia penjaga insan tercinta  

Waktu terus bergulir
Rindu kian mengalir
Cinta makin membanjir
Disertai doa dan dzikir

Enyahkan hati yang kikir
Abaikan orang mencibir
Singkap rahasia dibalik tabir
Yakin bahagia pasti terukir


*Note*
"Duhai kepada yang engkau, kupercayakan rasa atas namamu. Menasbihkan cinta dalam ayat-ayat rindu ditiap butiran doa. Melarung asa di singgasana-Nya dalam ikatan suci."

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 07-11-19*

Adam Dan Hawa

*Percintaan Adam Sama Hawa*

Adam tak pernah membenci Hawa
Seberapapun kesalahan yang dilakukannya
Adam tetap mencinta
Karena Hawa adalah tulang rusuknya

Adam tak pernah memutus cinta
Walau karena Hawa dia terusir dari surga
Buah kuldi bujuk rayunya
Namun Adam tetap mencinta

Sampai akhir hayatnya
Adam tak pernah melupa Hawa
Walau terpisah begitu lama
Adam tetap mencarinya

Sampai akhirnya Tuhan mempertemukan keduanya
Dan memaafkan semua salah dan dosanya
Adam tetap mencinta Hawa
Walau Hawa membuat Adam menderita

Namun Adam tetap mencinta Hawa
Karena Hawa adalah ibu dari anak anaknya
Begitulah seharusnya cinta

Tak pernah menghukum kekasih hatinya
Karena cinta mengajarkan manusia berhati mulia
Memaafkan kesalahan kekasih hatinya
Dan Adam tak pernah membenci Hawa

*@lautan_jilbab*
*Bojonegoro 07-11-19*
*By: Urip Iku Urup*

Satu Jiwa

*Satu Jiwa*

Tiada kata jauh yang memisahkan
Aku dan kamu tidak akan pernah melepas tangan
Kita berdua adalah kesatuan aksara
Yang terangkai menjadi satu kata "Cinta"

Setiap kata yang terucap darimu
Adalah bait indah yang mengalun merdu
Ia menghiasi semestaku
Memperindah kalbu yang hanya kubersembahkan untukmu

Kita adalah satu jiwa
Yang saling menghibur di kala lara
Selalu siap saat dera melanda
Untuk menggapai kebahagiaan nyata

Kamu bagaikan sukma
Sedangkan aku adalah daksa
Tanpamu aku tak dapat bernyawa
Dan tanpaku, kamu hanyalah bayang semata

Itulah riwayat kita berdua
Yang saling melengkapi di antaranya
Denganmu aku menjadi bisa
Untuk menyinggahi taman asmara surga

Kasih, tetaplah hiasi hati ini
Jangan pergi sebelum raga tak berpenghuni
Aku tak ingin menjumpa mati
Apabila mati yang sesungguhnya masih menjauhi diri

Semoga kebahagiaan sepenuhnya milik kita
Saat jiwa dahaga terpaut utuh dalam satu cinta
Kuyakin cahaya asmara semakin kuat menyala
Manakala belahan jiwa temukan cinta sejatinya

*Note*
"Saat dua hati saling melengkapi, hanya satu kata yang akan menjadi pengganti, yaitu: Kesempurnaan abadi"

*Berandal_Aksara*
*Bojonegoro 04-11-19*
*Karya: Urip Iku Urup*

Permintaan Terakhir

*PERMINTAAN TERAKHIR*

Bolehkan aku meminta satu permintaan
Sebelum semuanya terlambat dan mengucap selamat jalan
Pinanglah aku di hadapan Tuhan
Sebagai belahan hatimu yang kau rindukan

Duhai kekasih hati, cintaku
Apapun mintamu aku setuju
Tapi jangan berkata kau akan meninggalkan aku
Setelah sesungguhnya tabir terbuka dari semu

Berdoalah selalu kepada Allaah
Agar doamu selalu di ijabah
Lalu kita akan menata rumah
Membangun sebuah istana nan indah

Tanganmu memegangku tanpa mau melepaskan
Tatap matamu sendu dalam keharuan
Senyummu rindu menyimpan harapan
Kuatkan hatimu duhai pujaan

Sayang, jangan kau tinggalkan aku untuk selamanya
Dihatiku untukmu masih menyimpan sebongkah cinta
Kasih sayangku padamu tiada batasnya
Sampai nanti kita sama-sama menutup usia

Bila nanti Allaah mengizinkan
Setelah kamu sembuh kita ke pelaminan
Lalu pergi bersama ke rumah Tuhan
Berucap syukur tiada batas sebutan

*@Lautan_Jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 09-11-19*

Aku Adalah Aku

*Aku Adalah Aku*

Aku adalah lelaki penuh imajinasi
Dalam mataku kutuang sejuta cerita fiksi
Tentang cinta yang indah bersemi
Atau tentang duka yang menyayat hati

Aku bukanlah seorang pujangga
Yang sering kali memperkosa senja diranjang aksara
Imajiku memang liar berkelana
Melukiskan rasa pada hijau gunung atau biru samudera

Tak pandai aku mencipta puisi
Tanganku kaku untuk sekedar menari
Aku juga bukan seorang sastrawan
Yang menyanjung indah pada ketinggian awan

Aku hanya penikmat kata
Yang tersusun indah dalam senggamanya
Aku hanya pecandu buku
Yang terkadang menumpuk dalam sepiku

Aku tak selalu tampil romantis
Dalam kataku pun tak pernah terucap hal yang manis
Wajar jika wanita memandangku pesimis
Karena tak jelas jejak yang kukais

Menjauhlah jika kau ingin kupuja
Bagiku yang ayu tetap wajah purnama
Nikmatilah sejenak goresku yang sederhana
Maka kau dapat mengenal apa yang terbalut raga

Aku adalah aku
Lelaki dengan jiwa yang membeku
Aku adalah aku
Yang lusuh dengan sejuta keluh

*@Berandal_Aksara*
*Karya Urip Iku Urup*
*Surabaya 31-10-19*

Lentera jiwa

*LENTERA JIWA*

Terseret arus, jiwa hanyut terbawa ilusi
Pada malam sepi, gelisah menyelimuti
Nyanyian burung-burung malam merdu mendayu
Bersenandung pilu bagi jiwa perindu

Engkaukah itu aduhai perawan pujaan?
Datangmu dalam mimpi aku dambakan
Tepislah dukalaraku yang menikam jiwa
Bersamamu bahagia selalu kudamba

Dan saat-saat yang 'tak mampu kubendung
Ingin kusyairkan rindu dalam senandung
Berharap agar engkau dapat merasakan
Bahwa di sini, rinduku tiada berteman

Kau adalah pancaran hidup yang aku rasa
Laksana lentera jiwa selalu menyala
Teruslah menerangi kegelapan hati
Agar hatiku 'tak lagi resah dirundung sunyi

Dirimu ibarat bunga hati yang selalu tumbuh
Menghiasi taman rindu menumpang teduh

*@lautan_jilbab*
*Karya: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 10-11-19*

Cinta Senja

*CINTA DIKALA SENJA*

Mentari merebahkan lelahnya
Di penghujung hari-harinya
Betapa indahnya saat ini
Merah jingga senja menemani

Damainya hatiku saat itu
Seakan engkau setia bersamaku
Warna-warni cinta yang merona jiwa
Melupakan jarak yang memisahkan kita

Namun hadirnya senja hanya seketika
Mengundang malam bersama sepinya
Tidak daku atau engkau pun jauh dimata
Terikat satu dalam doa padaNya

Padamu senja, rinduku berharap
Tetaplah indah pada waktunya
Walaupun jauh cinta yang tak disisi
Akan kutunggu laksana terbit sang pelangi

Padamu malam rindu kumerisik kata
Setiakah bintang kepada purnama
Cinta terukir di lembah sepi jiwa
Di sepertiga malam kutitipkan engkau padaNya.

*@Lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro 10-11-19*

Hakikat Hati

*HAKIKAT PUISI HATI*

Puisi sejatinya adalah pintu gerbang
Keluar masuknya inspirasi imajinasi
Bahasa hati yang paling gamblang
Bahkan mampu terjemahkan mimpi.

Puisi juga sebagai identitas diri
Menyelami kedalaman makna hakiki
Pencarian jati diri insan mandiri
Melepaskan semua pemasung hati nurani.

Puisi bukan sekedar kata basa-basi
Bukan sekedar curahan hati tanpa arti
Bukan pula igauan ceracau tanpa diksi
Apa lagi umpatan hujat caci maki

Puisi itu tentang sebuah totalitas
Mencari makna mengungkap hikmah
Menafsirkan kearifan moralitas
Kalam Ilahi Rabbi adalah amanah.

Tiada kata seindah doa
Tiada syair seagung zikir
Tiada puisi searif kalam
Tiada madah sebaik hikmah

Itulah hakikat sejatinya sebuah puisi
Hati yang ditautkan pada Kalam Ilahi
Menuliskan semua melalui alur diksi
Bukan hanya sekedar kata filosofi.

*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 01-11-2019*

Asmaradhana

*ASMARANDHANA*

Lautan cinta, lautan rasa, lautan gelora bergulung bagai bola lampu kristal di dalam lubuk hati. Cahayanya berkilauan menyilaukan keindahan mayapada terangkum satu dalam getar asmara yang berdegup bertalu-talu dalam irama jantung yang menggebu.

Mereka yang terjebak salah memaknai cinta bagai direjam angkara murka dengan selaksa rasa yang mengaliri hati dalam kebekuan mati. Akar jiwanya seakan tercerabut dan terpental keluar ke alam semesta, membawa hati dalam kesunyian dan menyepi dalam perenungan.

Cinta itu adalah menguji diri sendiri atas rasa dan pilihan jiwa. Cahayanya akan meredup kala ada obsesi yang melebihi daya, ia akan bersinar terang kala dua keyakinan hati bisa menjadi satu rasa, satu kata, satu jiwa.

Tendensi-tendensi merusak segalanya karena di dalam tendensi ada memaksa cinta dan terpaksa cinta. Segala sesuatu yang membelenggu cinta akan menghilangkan keharmonisan cinta.

Cinta itu sederhana karena ia ibarat air mengalir mengisi relung jiwa yang hampa, tidak didramatisir atau direkayasa. Dan terasa sulit bila tidak berani mengatakan kejujuran hati atas rasa dan embel-embel yang mempengaruhi hanya membuat ciut dan menerima kenyataan yang ada. Seharusnya tidak demikian pejuang cinta dia harus jentelman. Di terima dibina dan bila ditolak berarti angin surga tidak bersamanya dan tidak perlu menyesal dan kecewa karena sudah membuktikan siapa anda.

*Karya: Urip Iku Urup*
*Bojonegoro, 07 Nopember 2016*

Doa Dalam Jeda

*DOA DALAM JEDA*

Di batas kelam sang fajar
Pada sang surya yang enggan bersinar
Kutitipkan sepenggal harap sabar
Saat sinar cinta mulai redup berpijar

Mungkin perjalanan cerita kita mulai menanjak terjal
Dan kita mulai jenuh dengan monoton yang menjejal
Hingga salah paham terkadang hadir diantaranya
Dengan ego yang masih saja jadi jeda

Pada lautan sabar kupintal ribuan doa
Agar tak goyah langkah kita pada satu asa
Menyatukan dua jiwa atas nama cinta
Saling menjaga dengan setia dan percaya

Selalu pada fajar kutitipkan rindu bersama embun yang singgah
Berharap gigilnya memberi arti sabar dan tabah
Bahwa kita sedang berjuang untuk masa depan
Bersama doa tulus menunggu dikabulkan
Pada harap takdir kita sebagai pasangan

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 13-11-19*

Jatuh Cinta

*JATUH CINTA PADAMU*

Dalam semesta jiwa
Telah tumbuh benih-benih rasa yang kini ku namai "Cinta"
Kau mencumbuiku lewat desir angin lalu
Membisik sejumput kasih, pada anak-anak rindu yang kau titip di relung kalbu

Aku jatuh cinta padamu...
Seperti embun yang tak pernah jera dengan sengat sinaran surya
Aku jatuh cinta padamu...
Seperti waktu yang tak pernah jeda, terus melangkah sampai dunia akan tiada

Untukmu yang saat ini masih bersalam pisah
Tiada hari tanpa sambut senyum dari bayanganmu yang kian merekah
Muarakan segenap ilusi di sebelum cinta ini ku namai kamu
Menjadikanku pujangga di setiap rasa yang ku ramu hanya untukmu

Kau telah menafkahi puisiku
Mendewasakan ribuan sajak dalam gamangnya malam-malamku
Mengukir sayap-sayap rindu seindah pelangi
Lalu ternobatlah engkau sebagai permaisuri di dada kiri ini

Kemarilah...!
Sambut aku dengan kasihmu
Mendekatlah...!
Peluk aku dengan sayangmu

Aku jatuh cinta padamu
Yaa, aku telah jatuh cinta padamu.

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 13-11-19*

Tinta Makna

*TINTA MAKNA*

Dulu aku pernah menyerap lautan
Kujadikan tinta syair syair hatiku
Tapi lautan sarat selaksa anasir
Hingga syairku bias dan absurt

Lalu aku mengadu pada hujan
Tapi hujan lebih cintakan bumi
Syairku gersang bersama kemarau
Makna hati kering mati meranggas.

Aku tergoda menyerap air mata
Tinta syairku menuliskan selaksa luka
Aku belum jua temukan hakikat makna
Sebab air mata hanya tuliskan duka lara.

Kini aku mencoba menyerap embun
Aku berharap bisa menyerap bening
Kujadikan tinta syair hatiku yang hening
Menjernihkan terjemahan hakiki makna

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 14-11-19*

Madah Rasa

*Madah Raga*

Semburat fajar mengawali hari
Seuntai kata menjadi jiwa puisi
Petik doa terangkai cantik
Pelupur nada serupa kicau burung gelatik

Hari berubah sepintas diksi
Separuh lantun jemari menari
Begitu indah sepotong kasih jadi tradisi
Nikmat hidup anugerah Ilahi

Keceriaan menghiasi wajah
Sambut hangat suasana meraih ridho
Oktober sabit melingkar tinggalkan embun
Menua bulan berakhir ujung tahun

Setangkai mawar kuambil dilantunkan doa
Serupa gelombang melampiaskan gema
Ayat-ayat mengalir sekujur darah
Pejam hati menyusup sukma Allah

Madah hati raga menyemat
Shalawat berkumandang tasbih rahmat
Berbagi nasehat menuju selamat
Limpah barokah pandai kita mengikat

Melukis suasana damai di atas permadani
Berburuh kasih memitrah diri
Menghimpun pendar akhir bulan
Mengecap lapar kasih Tuhan

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 14-11-19*

CERMIN DIRI

*{CERMINAN DIRI}*

Tak mengapa meski saat ini masih jauh...
Selayaknya dua tangan yang saling berjauhan,
namun berjumpa saat sholat ditegakkan.
Bersendekap saling bersentuhan.

Jangan seperti dua mata yang saling berdekatan, menatap dan terpejam bersamaan.
Namun hingga kapanpun mereka tak dapat dipersatukan.
Percayalah...!
Segalanya akan indah pada waktunya Ukhty...

Bagaimana mungkin aku menginginkanmu yang sempurna.
Sementara aku masih bergelimang noda.
Bagaimana bisa aku mengimpikanmu yang istimewa, sementara lakuku masih jauh dari kata taqwa.

Biarlah dahulu kupelajari setiap bait keshalihaanmu.
Keimananmu.
Biarlah dahulu kudiami kediaman yang diam-diam membuatku nyaman berdiam dalam diam.
Biarlah pula aku memantaskan diri dahulu,
hingga kelak aku layak berada sejajar disamping ragamu yang teramat mulia.
Sebab, Jodoh adalah cerminan nyata dari dua jiwa raga yang berbeda muara.

Ukhty...!
Jika kelak, seseorang yang kau "semoga"kan dalam doamu tak kunjung bersamamu.
Itu artinya Allah sedang mempersiapkanmu bersama dengan seseorang yang selalu menye"moga"kanmu dalam doanya.


Ahabbakalladzi Ahbabtani Lahu
"Semoga allah mencintaimu, karena engkau telah mencintaiku karena-Nya"

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 14-11-19*

Bethari Cinta

*SANG BETHARI CINTA*

Ku rapal mantra di bawah
benderang langit siang
Sambil ku pejamkan kedua mata :

"Sup sup sinurup manjing waruga. Waruga jati jadi sempurna
badanku siji tembus ing jati-jati rogo sukma sejati"

Seketika ku rasakan Bumi bagai berputar
Seribu kali lebih cepat dari biasanya
Aku hilang kesadaran
Tubuhku ringan tanpa beban
tanpa bentuk
Dalam ruang bebas tanpa batas

Tiba-tiba ku rasakan :
Angin bertiup semilir sejuk ilir-ilir
Lalu terdengar suara gemerisik
Daun-daun pohon jati
Saling bersentuhan mesra
di antara ranting-ranting "Dahan pepohonannya"

Ku buka kedua mataku
sasadara nampak benderang keemasan
Di altar biru jantung langit malam

Dan ku lihat di hadapanku
Sang Bethari Uma
Perempuan jelita maha ayu rupawan
Dari alam kahyangan cakrakembang
Sedang menari gemulai
Di atas kaki t'latah tanah Bumi

Parasnya tampak pias sendu
Di sinari pancaran cahaya sinar rembulan
Detak jantung sang dewi terdengar
Berdetak tak berirama...!

Ku saksikan Sang Bethari
menari bersama angin
Berselendang kegalauan hatinya
Kulit mukanya memerah semu
Ada bekas bening air mata
Mengering di sudut mata

Sang Bethari menari dan terus menari
Hingga tubuh mulusnya melayang
Bersama daun-daun jati kering
Yang berterbangan liar di atas muka tanah

Kemudian jatuh luruh perlahan
Tertunduk penuh duka
Ada luka yang menggores di dalam kalbu jiwa

Ku dekati perlahan Sang Bethari
Yang terduduk diam
Di hamparan tanah berdebu
Kemudian aku bertanya dengan lembut ;

"Apa gerangan yang membuat Puan berduka malam ini
Sedangkan rembulan
bersinar cantik di tengah jantung langit sana...!"

Sang Bethari terdiam menatapku
Dengan mata bening berkaca-kaca
Bibir ranum merah delima
Bergerak manja mengadu rajuk
Mengisahkan rerasan hati
Tentang dendam rindu kasmaran
Yang telah menghujam tajam
Ke dalam hulu hati...!

Kemudian aku dan Sang Bethari
Berbincang berselimut dingin
Tretes-tretes embun dini hari
Dalam suasana sunyi romantis
Sepi hutan jatinya...!

Ketika mata fajar mengintip genit
Di ujung langit cakrawala
Ku lihat senyuman menawan mengembang
Bagai bunga mawar hutan rimba raya
Yang mekar bersemi di t'latah pagi

Ku peluk Bethari Uma
Jelita maha ayu rupawan
dengan sepenuh kehangatan hatiku
Hingga matahari terbit sumeringgah
Penuh madu rindu
Di ufuk timur hati sang tlatah Bumi

*@Lautan_jilbab*
*Karya: Urip Iku Urup*
*Surabaya 13-11-19*

Hati dan takdir

*🍃ANTARA HATI DAN TAKDIR🍃*

Jujur,
Aku tidak paham kenapa perasaanku seperti ini,
Resah gelisah karena terlalu sibuk memperhatikan gerak-gerikmu,
Sungguh lelah menunggu kejujuranmu,
Sebenarnya aku tidak mau berlarut dalam penantian dan pengharapan yang belum pasti.

Jujur,
Aku tak paham kenapa kamu begini,
Seolah berkata tidak namun sebenarnya dirimu hanya berbohong kepada hatimu sendiri.
Begitupun diriku ini.

Cobalah mengalah, buang rasa gengsi,
Aku tidak mau terjadi penyesalan,
Jangan sampai semuanya terlambat.
Jika hati ingin saling ditakdirkan, berusahalah.
Berusaha untuk jujur.

Jika aku diam saat ini,
Bukan maksud hatiku untuk mengabaikanmu,
Perlu untuk kamu tau, aku tidak sedang berusaha menutup rasa itu,
Tapi... aku hanya membiarkan Allah menuntun hatiku menuju siapa yang pantas bagiku.

Aku takut rasaku padamu hanya karena berharap,
Aku takut hanya berharap kepada cinta yang salah,
Hatiku tak yakin kalau kamu mulai biasa saja,
Namun, semua mulai terasa bahwa kamu yang sempat pergi, seperti ingin kembali

Mungkin hatiku ini yang bersalah,
Bersalah karena terlalu sibuk dengan dirimu,
Tapi... aku mulai mengingat bahwa Allah sedang menguji iman kita, Allah sedang menguji keistiqomahan kita.

Masih mampukah kita untuk saling menahan rasa itu?
Masihkah kita yakin akan janji-Nya bahwa Allah tau yang terbaik?

Ya robbana... jika memang kami pantas untuk bersatu,
Kumohon... arahkanlah hati kami kepada-Mu selalu,
Semoga...! Dengan saling terpautnya hatiku dan hatinya hanya kepada-Mu,
Engkau segera mentakdirkan kami menuju cinta yang halal.

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 15-11-19*

Cinta dalam kerinduan

*CINTA DALAM KERINDUAN*

Ada harap memenuhi ruang hati
Atas desah cinta kau patri
Kerinduan membuncah bagai pelangi
Mengulas kenang ingat kau kembali

Asaku rasa menyelam samudra
Cinta bergemuruh mengombang-ambing bahtera
Dalam kerinduan terpujilah doa
Semoga luka tak lagi menganga

Hanya satu pinta dalam asa
Atas nama cinta gapailah bahagia
Rindukan bulan mekar purnama
Dalam doa kubalut nestapa

Asa melambung ke puncak angkasa
Menggapai mesra jalinan cinta
Padamu kerinduan tempat bermanja
Dalam doa mari meminta

Asa suci hakikat illahi
Cinta abadi hidayah hati
Rindu pada-Mu ku bawa pergi
Doa mengiringi jejak abadi

*Note*
"Merindumu adalah sepenggal do'a yang senantiasa ada di lubuk hatiku karena kutak ingin jatuh cinta lagi selain pada dirimu."

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 18-11-19*

Sekuntum Mawar

*SEKUNTUM MAWAR*

Mungkin engkau telah lupa
Sekuntum mawar kering dalam agenda
Hadiah ulang tahunku saat itu
Masih utuh di lembar agendaku

Mungkin engkau telah lupa
Duduk sebangku di kota lama
Langit membiru di hati kita
Erat gengaman tanganmu  masih kurasa

Mungkin engkau telah lupa
Saat kita  bertatapan mesra
Hanya diam hati berbicara
Lekat begitu dekat debar hati seirama

Mungkin engkau telah lupa
Tanpa suara tenggelam kita bersama
Di gelombang samudra asmaradana
Dan kita lupa segalanya

Mungkinkah rasa kita masih sama
Meski hempasan badai menerpa
Meresah sendu dalam kerinduan
Mengharap terjadi lagi pertemuan

*@lautan_jilbab*
*By: Urip Iku Urup*
*Surabaya 18-11-19*

Manunggal Ing Roso

 MANUNGGAL ING ROSO Karya: Urip Iku Urup Mendaki puncak sepi, tapakan jiwa dari bising resah menjamah Di dataran rendah, kumuh batin ber...